Selasa, 01 Maret 2011

Evakuasi adalah Harga Mati

Muhammad Ulul Azmi atau yang akrab dipanggil Azmi, berfoto di depan peninggalan bersejarah Piramida Mesir.(dok pribadi)  

Kisah 20 Mahasiswa Cilacap saat Mesir Bergolak
Evakuasi adalah Harga Mati

     CILACAP-Situasi politik dan keamanan di Mesir yang kian genting, memaksa sejumlah mahasiswa asal Cilacap yang tengah studi di Mesir,
akhirnya mendesak kepada Pemerintah RI lewat KBRI Mesir di Kairo untuk segera dievakuasi. Padahal, mereka sebelumnya berniat bertahan untuk tidak pulang dengan pertimbangan menyelesaikan studi , dan berharap agar kondisi keamanan membaik. Namun perkembangan situasi politik berkata lain.
    Saat ini, mereka rata-rata sudah mengurus dukumen untuk pulang ke tanah air. Menurut mereka, evakuasi adalah harga mati.
    Dalam komunikasi lewat jejaring sosial facebook dan E-mail, Muhammad Ulul Azmi, mahasiswa jurusan Syariah Universitas Al
Azhar Kairo asal Desa Welahan Wetan Kecamatan Adipala , Cilacap yang kini tinggal di Nasr City kepada WJ,  mengungkapkan kegaualan
hati dirinya dan teman-temannya sesama mahasiswa yang kini masih terjebak di Mesir.
    Bahkan, dalam foto profil di face booknya, Muhammad Ulul Azmi (Eka Sapta) memasang banner merah putih bertuliskan "Kami
Butuh" dan di bawahnya bergambar logo pesawat Garuda Indonesia. Dan di statusnya terakhirnya pada hari Minggu (6/2),  Azmi--demikian
panggilan akrabnya,  menulis: take me away....take me away.......
    Berikut tanya jawab Warta Jateng (WJ) dengan  Muhammad Ulul Azmi (MUA) lewat E-mail dan facebook, Minggu (6/2) siang seputar
kegalauan hati dirinya dan teman-temannya menghadapi situasi di negara yang terletak di benua Afrika bagian timur laut yang kini
sedang bergolak itu. Berikut petikannya:  

WJ    :Bisa diceritakan situasi di Kairo yang Anda pantau.
MUA    :Kekacauan ini bermula ketika kelompok anti Mubarok mulai turun jalan di beberapa kota besar seperti Kairo, Alexandria, dan
Suez. Setelah beberapa hari, kelompok pro Mubarok--entah benar-benar pro atau bayaran saya tak tahu--mulai unjuk gigi melawan
kelompok anti Mubarok. Sampai akhirnya kedua kubu ini saling bentrok sendiri.
    Pertama kali ada demonstrasi yang kami rasakan adalah ketakutan akan penjarahan massa demonstran yang lepas kendali.
Ketakutan lain yaitu pada para narapidana yang lepas dari penjara, karena semua polisi diinstruksikan untuk meninggalkan posnya.
Banyak perampokan pada rumah-rumah baik itu penduduk Mesir maupun orang asing seperti kami.
   Saat itu bahkan para perampok menggunakan
mobil pick up, mereka mengangkut motor-motor yang ada diluar rumah. Ini terjadi di daerah Nasr City yg notabenenya sebagai komunitas
asia terbesar disini, termasuk daerah kami tinggal sekarang.Semua itu kami saksikan dengan mata kepala sendiri, betapa ngerinya
Mesir...!!!.
    Yang kedua, ketakutan kami saat ini--sekitar lebih dari 10 hari lebih adanya demonstrasi--adalah kepada tentara militer.
Mereka seringkali mencurigai orang asing. Dan Pak Prasetyo (Wartawan WJ-red) sudah tahu sendiri di face book forum MENDESAK EVAKUASI TOTAL MASISIR [Masyarakat Indonesia di Mesir], disitu banyak sekali kasus-kasus yang menimpa mahasiswa disini.
    Tadi sore, saya dapat offline YM dari salah satu mahasiswa disini, dia mendengar dai orang mesir, katanya situasi Mesir akan
semakin kacau karena demonstrasi tak akan berhenti sampai Mubarak turun. Dan militer mencurigai semua orang asing karena adanya orang
dari Iran yang ikut dalam massa demonstran anti mubarak. Dan orang itu bersenjata api. Artinya, interogasi-interogasi kepada orang asing akan semakin banyak terjadi.



Muhammad Ulul Azmi atau yang akrab dipanggil Azmi, berfoto bersama rekan-rekannya sesaat sebelum Mesir bergolak. (dok pribadi)

WJ    : Bagaimana dengan kawan-kawan dari Cilacap?
MUA    : Kawan-kawan  dari Cilacap dan sekitarnya kebanyakan berasal dari almamater IKSA [Ikatan Keluarga Santri Pondok Pesantren
Kesugihan Cilacap]. Disini kami selalu menjaga kekompakan dengan selalu saling kontak satu sama lain. Orang tua kami di tanah air
juga saling mengenal sehingga walaupun sama2 khawatir, mereka bisa selalu memantau keadaan kami disini dengan mudah. Kalau ada salah
satu orang tua yg telfon kesini, mereka pasti menanyakan keberadaan kawan-kawan yang lain.
    Saat ini ada sekitar 20 mahasiswa asal Cilacap yang masih bertahan di Mesir dan sudah bisa saling berkomunikasi satu sama
lain. Mereka berasal dari sejumlah kecamatan di cilacap, seperti Maos, Kroya, Majenang, dan Sidareja.
    Selama masa kacau ini, kami dihimbau oleh KBRI Kairo untuk selalu berdiam diri di rumah dan hanya keluar ketika benar-benar
ada keperluan mendesak. Tanpa adanya himbauan ini, sebenarnya kami juga sudah takut untuk keluar rumah. Kata seorang kawan, takut
kena peluru nyasar.

WJ    : Bagaimana dengan jaringan internet?
MUA   :Internet dan Telepon genggam mati total sejak jum'at dinihari tanggal 28 Januari 2011. HP bisa untuk telepon sehari semalam setelahnya. Tapi tak bisa untuk sms sampai saat ini, banyak dari orang tua kami yang mengirimkan 
sms banyak sekali. Ketika telepon atau chat baru diketahui bahwa sms mereka tak pernah sampai.
    Sedangkan internet baru bisa di akses pada siang hari rabu tanggal 2 februari 2011.
Hampir semua rumah disini ada akses internetnya, karena biaya yang murah. Ditambah lagi bayarnya dibagi dengan kawan-kawan
serumah...yah..patungan gitu...he he he.
    Ketika internet masih dimatikan, kegiatan kami hanya menonton TV atau main game di komputer. Kebetulan rumah kami tidak
menggunakan TV berbayar, akhirnya selama beberapa hari saya jadi pendukug Mubarak he he he... karena acara yg mereka tayangkan cuma berita dan berita... dan berita itupun di filter demi kepentingan Mubarak cs... hmpfhh...
    Setelah internet hidup, akses berita masuk tanpa saringan lagi, dan ternyata banyak sekali kawan-kawan yg menjadi korban
kekacauan ini. Kebanyakan dari mereka adalah yg tinggal di kawasan Nasr City. Walaupun tidak mengakibatkan cedera fisik yg fatal,
tapi psikis kita benar-benar terguncang.

WJ    :Punya pengalaman pribadi ditangkap militer Mesir?
MUA:  Ya..ada. Ini pengalaman pribadi saya , pada  Kamis sore (3/2) , saya keluar rumah bersama seorang teman serumah untuk membeli
telor dan sayuran. Kebetulan rumah kami adalah rumah lama tinggalan staff KBRI sehingga walaupun sekarang dihitung murah biaya
sewanya tapi terletak dikawasan militer dan lumayan elit.
    Saat melewati tentara militer kami ditanya kartu identitas. Karena merasa sudah seperti di daerah sendiri, kami tak pernah
berfikir untuk membawa kartu identitas. Akhirnya saya ditahan sementara disitu,  dan kawan saya kembali ke rumah untuk mengambil
kartu mahasiswa dan paspor. Padahal di sekeliling situ hampir semua orang mengenal kami. Bahkan tentara bawahannya juga mengenal
kami, tapi apa daya saya tetap harus menjadi tahanan sampai kawan saya datang dengan membawa kartu identitas kami.

WJ    :Saat ini, Azmi tepatnya posisi di mana?
MUA    :Saya bersama sebagian besar  mahasiswa tinggal di Nasr City. Dan kebanyakan dari mereka  berkumpul di Hay 'Asyir [Distrik
10]. Sedangkan saya tinggal agak jauh dari mereka di Jalan Yusuf Abas, dekat Stadion Internasional Cairo. Dan rumah saya adalah
satu-satuntya  rumah Indonesia di daerah situ.

WJ    :Bagaimana dengan  kebutuhan air yang dikabarkan  
          kekurangan?
MUA    :Untuk air kami tak perlu khawatir selama Sungai Nil belum dibendung he he he.  Soalnya,  kemarin-kemarin  rakyat Mesir cemas
karena ada wacana dari Pemerintah Sudan hendak mengurangi aliran air Sungai Nil ke Mesir. Selama ini Nil menjadi sumber air untuk
seluruh Mesir.

WJ    :Untuk persediaan bahan makanan bagaimana?
MUA    :Untuk bahan makanan juga tidak separah yang diberitakan di Tanah Air. Sekarang toko-toko mulai buka. Bahkan warung sayur dan
buah selalu buka selama masa kekacauan ini. Permasalahan mungkin ada pada keuangan kami karena lembaga beasiswa memending sementara pemberian beasiswanya. Jadi mahasiswa-mahasiwa yang hanya mengandalkan beasiswa ini menjadi kalang kabut.

WJ    :Kapan mau dievakuasi?
MUA    :Tidak tahulah, yang jelas kami minta untuk secepatnya. Untuk saat ini evakuasi adalah harga mati bagi kami. Kami semua
ketakutan dan cemas ketika keluar rumah. Keselamatan kami tak terjamin di sini. Setiap saat ada bahaya peluru nyasar, perampokan
rumah, penyergapan oleh militer yg mencurigai kami, dll...
    Kemarin ada wacana untuk mengungsikan kami ke Jordania dan Jeddah, tapi kurang tau kelanjutannya bagaimana.
    Seperti Pak Prasetyo (wartawan WJ-red) tahu sendiri di forum kami, evakuasi seluruh WNI di Mesir sebenarnya sudah merupakan
perintah presiden, tapi Dubes disini yg selalu mengulur-ulur waktu dengan mengatakan bahwa keadaan kami disini aman.
    Mau ga aman gimana, wong beliau rumahnya dikelilingi polisi dan duduk nyaman tak pernah kekurangan bahan makanan dll... ada
pembantu yg selalu menyiapkan semuanya.. Sedangkan kami harus selalu berhubungan dengan orang Mesir untuk memenuhi kebutuhan kami.
   Dan daerah kami pun tak seaman daerah para pejabat itu.

WJ    : Wah, senang bisa kuliah di Mesir ya?
MUA    :Yah..beginilah pak. So pasti senang. Kesempatan untuk bisa kuliah di Al-Azhar As-Syarif adalah kesempatan langka. Dan kami
adalah orang-orang yang beruntung mendapatkan kesempatan langka itu. Walaupun sudah melewati masa keemasannya, Al-Azhar masih
disegani dan masih menjadi kiblat keilmuan Islam di dunia. Ulama-ulama Islam terkemuka dunia banyak lahir disini. Dan saat ini pun masih tekumpul ulama2 ahli Islam disini.
    Apalagi Pak SBY sudah menjanjikan akan menjamin pengembalian kami ke sini setelah Mesir aman. Semoga ini bukan janji palsu.
WJ    :Ok..terima kasih.
(prasetyo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar